Rabu, 13 April 2011

Saya Bisa Jadi Manajer Klub Eropa


NURDIN Halid sudah siap tidak lagi memimpin PSSI. Namun, bukan berarti dia tak akan lagi bersinggungan dengan sepak bola. Sebab, katanya, jiwanya adalah sepak bola.

Lalu, apa yang akan dia lakukan jika sudah tak menjabat sebagai Ketua Umum PSSI nanti? Berikut sesi terakhir wawancara khusus dengan Nurdin Halid yang dilakukan di Kantor PT Liga Indonesia, Kamis (31/3/2011).

Selama setahun ini, Anda terus dihajar sana-sini. Apakah ini memengaruhi keluarga Anda?

"Saya jelaskan kepada anak-anak bahwa kalau bapakmu tukang becak, tidak mungkin didemo. Saya jelaskan kepada anak-anak mulai dari yang kecil, istri, ibu, mertua, dan keluarga besar."

Mereka sangat terpukul?

"Sangat terpukul. Anak saya yang paling bungsu, Ani Nurhaliansyah, pernah berkelahi di sekolahnya. Gara-gara temannya bertanya kenapa bapaknya enggak mau turun. Lalu, dia menjawab, kenapa bapak saya harus turun."

Apa yang Anda lakukan setelah tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PSSI?

"Darah daging saya 'kan sepak bola. Ada idealisme. Tapi, setelah saya pelajari filosofi sepak bola, di mana sepak bola bisa mengubah karakter sebuah bangsa, sebuah peradaban, dan menciptakan kemaslahatan manusia, maka sepak bola menjadi idealisme. Dari hobi senang-senang menjadi idealisme. Dengan aspek persatuan, ekonomi, dan sosial."

"Banyak yang bisa saya lakukan. Saya bisa membina klub, bisa menjadi manajer salah satu klub di Eropa atau di luar negeri."

Sudah ada klub yang meminati Anda?

"Oh enggak. Saya hidupnya mengalir saja. Di mana saya dibutuhkan, di situ saya ada. Saya tidak merencanakan menjadi Ketua Umum PSSI. Saya kaget menjadi manajer PSM Makassar. Ingat, mungkin saya satu-satunya ketua umum PSSI yang lahir dari bawah, tidak instan. Dari manajer PSM, pembina PSM, Ketua Penprov Sulawesi Selatan, manajer tim nasional, Ketua Bidang Tim Nasional."

Apakah Anda nanti terjun ke dunia politik?

"Politik itu bukan jiwa saya. Jiwa saya bisnis dan mengurusi orang banyak. Makanya, saya urusi koperasi dan sepak bola. Itulah jiwa saya. Saya tidak cocok di politik karena saya selalu berkata lurus. Tidak bengkok-bengkok. Kalau orang politik itu, pagi bisa mengatakan A, siang mengatakan B, dan malam mengatakan C. Tergantung situasi dan keadaan. Saya enggak bisa."

Pekerjaaan rumah bagi pengurus mendatang?

"Saya dan kawan-kawan berhasil melahirkan sebuah visi 2020. Sebuah visi yang mampu merancang berbagai kegiatan persepakbolaan nasional yang mengarah kepada industri sepak bola."

"Mohon maaf, sebelum saya menjadi ketua, pernah ada enggak program seperti ini? Kalau itu dikawal oleh semua stakeholder, membangun sepak bola dengan visi 2020, insya Allah industri sepak bola tercipta suatu saat."

"Indonesia biasa berganti pemimpin (kebijakan berbeda). Sama dengan koki 'kan. Sebenarnya ramuan boleh lain untuk menciptakan rasa yang lain. Namun, tujuannya menciptakan makanan yang enak. Kira-kira begitu. Tujuan enggak boleh berubah. Tapi cara mencapai tujuan boleh berbagai cara. Visi 2020 adalah investasi yang paling bernilai dari pengurus PSSI saat ini."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger